GERAKAN LITERASI (GELIS) HMAK KARYA TERBAIK 2020

 GERAKAN LITERASI (GELIS) HMAK

1-20 OKTOBER 2020

KARYA : FAHRUL RAZI (20013010131)


“SISI LAIN DARI SENIORITAS DI KAMPUS”

 

Rasanya tidak salah jika saya berkata bahwa seluruh masyarakat Indonesia yang telah menempuh dan menyelesaikan pendidikannya di sekolah umum pernah merasakan yang namanya senioritas. Baik menjadi objek dari sistem senioritas itu sendiri, maupun menjadi subjeknya (pelaku senioritas). Dunia pendidikan tingkat perguruan tinggi di Indonesia pun tidak lepas dengan yang namanya senioritas, bahkan akan terasa lebih kental jika dibandingkan dengan tingkat sekolah menengah.

Pada kesempatan kali ini, saya mencoba menunjukkan sebuah sisi lain dari senioritas, khususnya senioritas di tingkat perguruan tinggi. Senioritas merupakan sistem hubungan interaksi antara senior dan junior dengan keadaan tertentu. Berdasarkan KBBI, saya menyimpulkan bahwa senioritas menandakan adanya keadaan lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia. Sistem senioritas ini sendiri dapat terjadi karena munculnya hubungan interaksi antarindividu atau antarkelompok di sebuah lingkungan yang sama di mana terdapat keadaan-keadaan seperti yang disebutkan sebelumnya.

Berdasarkan sifat teknisnya, saya membagi sistem senioritas menjadi dua, yaitu senioritas struktural dan senioritas fungsional. Senioritas struktural merupakan sebuah manifestasi status kesenioran dan praktiknya secara langsung dalam hubungan interaksi senior dan junior, sehingga status lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia yang dimiliki para senior terasa memang benar adanya. Pada praktiknya yang eksplisit, senioritas jenis inilah yang sering diterapkan di perguruan tinggi. Contohnya seperti pada saat kegiatan orientasi mahasiswa baru, kegiatan penempaan mahasiswa baru yang biasanya terdapat unsur pengomandoan dan hukuman, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan seperti itu lah yang membuat eksistensi status kesenioran semakin terlihat. Namun, tidak jarang sistem senioritas struktural ini menimbulkan penyimpangan sikap kesenioran. Mulai dari yang berlebihan hingga yang tidak dibenarkan. Kasus-kasus senioritas yang menyimpang, seperti perundungan dan perpelocoan, sudah sering terjadi di Indonesia, dan tentu saja hal ini merupakan hal yang tidak bisa dibiarkan. Karena hal itu, stigma negatif tentang senioritas di Indonesia, khususnya di tingkat perguruan tinggi, terus berkembang di masyarakat.

Intisari dari senioritas yang sebenarnya adalah sebagai sistem pewarisan ilmu pengatahuan, keterampilan, dan pengalaman dari generasi sebelumnya (senior) kepada generasi berikutnya (junior). Hal ini lah yang menyebabkan senioritas terjadi secara turun-temurun, bahkan pada masa berburu dan meramu pun sistem senioritas sudah diterapkan. Intisari yang juga merupakan tujuan dari sistem senioritas ini memiliki kaitan yang erat dengan jenis senioritas yang kedua, yaitu senioritas fungsional. Senioritas fungsional menandakan terjadinya proses pewarisan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dari subjek senioritas kepada objek senioritas. Hal ini lah yang jarang dipahami dan dimaknai oleh para pelaku senioritas. Tidak dipahaminya intisari senioritas ini merupakan salah satu penyebab terjadinya penyimpangan penggunaan status kesenioran dalam berbagai kegiatan kampus. Contohnya seperti seorang senior yang menggunakan status keseniorannya untuk untuk melakukan hal-hal menyimpang, seperti senior memberikan tugas ospek yang tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan tujuan orientansi kepada junior.

Senioritas fungsional tidak dilihat dari status kesenioran yang dimiliki, melainkan dilihat dari fungsi dan peran yang dilaksanakan oleh subjek dan objek senioritas. Contohnya adalah hubungan interaksi antara “Kakak Tingkat” (senior) dan “Adik Tingkat” (junior) yang terjadi di perguruan tinggi. Misalnya ada seorang junior yang baru saja menjadi mahasiswa baru dan tidak tau apa-apa tentang dunia perkuliahan, lalu senior datang memberi informasi serta membimbing sang junior. Di kasus ini terjadi proses pewarisan ilmu pengatahuan, keterampilan, dan pengalaman.

Junior yang beradaptasi di kampus baru tentu saja memiliki kemauan untuk diterima serta diakui di lingkungannya dan juga kemauan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman. Junior juga mengetahui bahwa senior memiliki ilmu pengetahuan serta pengalaman yang dapat dibagikan dan memiliki keinginan untuk dihargai dan dihormati. Ketika proses pewarisan terjadi, senior akan memiliki rasa tanggung jawab dan anggapan sebagai teladan kepada junior, dan junior akan menganggap senior merupakan orang yang lebih berpengalaman dan patut dihormati. Dari sini lah muncul timbal balik dan rasa saling membutuhkan serta saling menjaga.

Senioritas fungsional merupakan sebuah sisi lain dari senioritas yang jarang sekali kita sadari peranannya. Selama ini, paradigma masyarakat tentang senioritas hanya terfokus pada senioritas stuktural yang kental dengan status kesenioran. Hal itu menyebabkan tergerusnya intisari senioritas oleh stigma negatif yang terus berkembang di masyarakat. Bahkan, banyak masyarakat, khususnya mahasiswa, beranggapan bahwa senioritas merupakan hal yang harus disudahi dan dihilangkan dari sistem pendidikan. Hal tersebut tentu saja tidak tepat. Senioritas fungsional menandakan bahwa betapa pentingnya sistem senioritas ini untuk terus dilanjutkan. Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang sudah dialami oleh generasi sebelumnya akan terwariskan kepada generasi baru melalui senioritas. Jika senioritas ini dihilangkan, maka generasi-generasi berikutnya akan kesulitan untuk menghadapi berbagai hal yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

Dari intirasi senioritas, kita dapat melihat sistem senioritas jauh lebih luas lagi. Kita sebagai mahasiswa ternyata sedang berada dalam sebuah lingkungan dengan sistem senioritas yang benar-benar luas. Sistem senioritas di kampus tidak hanya berupa hubungan interaksi antara “Kakak Tingkat” dan “Adik Tingkat”, melainkan ada banyak lagi subjek senioritas yang selama ini kita tidak sadari, seperti; tenaga pengajar, tenaga administrasi, tenaga kebersihan, tenaga keamanan, dan lain-lain. Dari mereka— yang mungkin jarang terlibat interaksi dengan kita—yang memiliki keadaan lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia dapat mewariskan beberapa hal kepada kita. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita menghargai dan menghormati mereka juga sebagai senior.

Dapat disimpulkan bahwa sistem senioritas mengandung berbagai hal positif. Contohnya, jika kita melihat dari sisi senioritas struktural, kita diajarkan tentang kekuatan mental, kedisiplinan, etika terhadap senior maupun junior, dan lain-lain melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan sistem senioritas—yang pastinya akan berguna di dunia perkuliahan dan setelahnya. Jika kita melihat dari sisi senioritas fungsional, selain diwariskannya ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman, akan terbentuk juga relasi-relasi, kemampuan berinteraksi sosial, kemampuan bekerja sama, dan lain-lain. Contoh-contoh tersebut menandakan bahwa senioritas merupakan suatu hal penting yang tetap harus ada dan dijaga keberlangsungannya. Tentu saja yang dimaksud adalah sistem senioritas yang sehat. Sistem senioritas yang tidak mengandung penyimpangan. Keseimbangan antara senioritas struktural dan senioritas fungsional diperlukan guna membentuk stigma positif di masyarakat tentang bagaimana senioritas yang sebenarnya.

Dengan ini, kita telah melihat sisi yang lain dari senioritas. Hendaknya, sistem senioritas dapat dilaksanakan dengan bijaksana sehingga tujuan dari senioritas akan tercapai dan memberi dampak timbal-balik yang positif antara subjek senioritas dan objeknya. Maka dari itu pula, sistem senioritas ini terus berlangsung secara terus-menerus dengan stigma positif yang berkembang di masyarakat. Karena sejatinya, para senior lah yang membimbing dan membantu para junior di perjalanannya menuju kesuksesan.

 

 Referensi:

 “Dinamika Senioritas di Lingkungan Pelajar.” oleh Zenius.

 (https://www.zenius.net/blog/5235/senioritas-pelajar)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROGRAM KERJA DIVISI PENGKADERAN: PPSO

PROGRAM KERJA DIVISI HUMAS : BUKBER DAN SOSPRO